Runing Teks

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"QS Ibrohim ayat 7.

Rabu, 19 Oktober 2016

BERDAKWAH SESUAI AL-QUR’AN DAN HADIS

BERDAKWAH SESUAI AL-QUR’AN DAN HADIS

SUJIMAN, S.Pd.I
Guru SDN Jegreg I Kec. Modo

            Sebelum Datangnya Islam ke negeri ini, kita semua tahu bahwa masyarakat negeri ini hidup dalam kemusyrikan, hingga datangngya Islam kenegeri ini yang dibawa oleh para saudagar dari bangsa arab yang selanjutnya didakwahkan oleh para wali khususnya yang kita kenal dengan sebutan Wali Songo ditanah jawa. Kini berhasil menjadikan masyarakat negeri ini menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Keberhasilan yang luar ini bisa dapat dicapai tentu tidak terlepas dari metode berdakwah yang tepat sehingga masyarakat negeri ini yang asalnya berada dalam kemusyrikan kini menjadi bangsa dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam.
            Oleh sebab itu jika kita ingin berdakwah yang berhasil kita harus melakukan dakwah dengan metode yang tepat yakni selain mencontoh cara berdakwah yang dilakukan oleh para wali juga harus menggunakan cara dakwah sebagaimana yang diajarkan Al-qur’an maupun Hadis Nabi. Sebab tidak jarang yang berniat berdakwah untuk amar ma’ruf nahi munkar justru menimbulkan masalah yakni agama Islam yang sebenarnya adalah agama Rahmatan lil ‘alamin justru dianggap sebagai Agama radikal. Itu semu disebabkan didalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Agar dakwah kita berhasil kita harus memperhatikan beberapa dasar berdakwah yang diajarkan oleh Al-qur’an dan hadis berikut:
1.  Dalam Berdakwah harus Mengetahui Posisi dirinya
            Mengetahui posisi dirinya dalam berdakwah itu hal yang sangat penting dalam hal ini Nabi bersabda:
Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)
            Dari hadis diatas dapat kita fahami bahwa Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya oleh karena itu dalam berdakwah kita harus mengetahui Posisi kita. Posisi pertama: orang yang harus merubah kemungkaran dengan tanganya. Merubah dengan tanganya disini adalah jika kita memiliki kekuatan atau kekuasaan maka kita diperintahkan untuk mencegah kemungkaran dengan kekuatan/atau kekuasaan kita. Ini adalah tugas para pejabat dan penguasa yang memiliki kekuatan untuk merubah kemungkaran dengan kekuatanya misalnya dengan membuat peraturan dan perundang-undangan yang dapat mencegah kemungkaran melalui undang-undang tersebut. Posisi kedua : orang yang harus merubah kemungkaran dengan lisan ini adalah tugas dari para Da’i dan Alim Ulama. Sebagai orang yang mber-ilmu mereka berkewajiban mencegah kemungkaran dengan ilmunya. Posisi ketiga : orang yang harus mencegah kemungkaran dengan hatinya ini adalah kewajiban orang awam yang tidak memiliki kekuasaan juga tidak memiliki ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum Islam dan ini adalah kedudukan yang paling lemah dalam mencegah kemungkaran.
            Hadis diatas memiliki makna yang sesuai dengan filosofi atau slogan dari bapak pendidikan Kihajar Dewantara dengan kalimat “Ing ngarso sung tulodho Ing madyo mangun karso Tutwuri handayani
            Perlunya mengetahui Posisi kita dalam berdakwah adalah agar jangan sampai orang yang yang ingin mencegah kemungkaran pada saat tidak memiliki kekuasaan tapi mereka  brusaha mencegah kemungkaran dengan tanganya akhirnya yang terjadi adalah tindakan-tindakan kekerasan sehingga akhirnya hanya akan menimbulkan anggapan bahwa Islam itu Agama Radikal. Selain itu dengan mengetahui posisinya tentu akan dapat mengetahui sasaran bagi dia dalam berdakwah.
2.  Memberikan Keteladanan
          Keteladanan didalam berdakwah adalah hal sangat penting, karena padasarnya Islam tidak diajarkan melalui paksaan, namun diajarkan berdasarkan keteladanan terutama dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Seperti dijelaskan didalam Al-qur’an surat At-tahrim ayat 6 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Dan beberapa ayat berikut:
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[1] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.QS: Al-baqarah(2) Ayat256

Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?QS: Al -baqarah (2) Ayat 44

Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.QS: As-shaf(61) Ayat 3

Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif[2] dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),QS: An-nahl (16) ayat 120. 

Artinya:Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Qs: Al-ahdzab (33) ayat 21. 
Terkait dengan keteladanan dalam berdakwah mengajarkan Agama Islam juga telah diterangkan dalam beberapa hadis Nabi diantaranya:
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, 'Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR:Muslim 8/620)

Artinya: Rasulullah SAW bersabda, 'Pada hari kiamat kelak seseorang akan digiring ke neraka dan dicampakkan ke dalamnya. Setelah itu, usus-usus perutnya akan keluar terburai dan ia berputar-putar seperti keledai yang berputar-putar pada mesin penggiling gandum. Tak lama kemudian, para penduduk neraka berkumpul di sekelilingnya dan bertanya, "Hai fulan, mengapa kamu berada di sini? Bukankah kamu telah menganjurkan kami untuk berbuat ma'ruf dan mencegah kami dari perbuatan munkar? " Lelaki itu menjawab, "Ya. Dulu saya memang orang yang sering menganjurkan orang untuk berbuat baik, tetapi saya sendiri tidak melaksanakannya. Saya melarang orang lain untuk berbuat munkar, tetapi saya sendiri malah melakukannya" (HR;Muslim 8/224)
3.    Boleh Berdakwah Dengan Sedikit Lucu Asal Tidak Berlebihan
Dalam berdakwah dibolehkan ada sedikit guyon dengan tujuan untuk membuat orang lebih rileks dan tidak bosan, sehingga mereka akan merasa senang dengan apa yang kita sampaikan. Sebagaimana Sabda Nabi berikut:
Artinya: Dari Abu Musa, ia berkata, "Jika Rasulullah SAW hendak mengutus salah seorang sahabatnya dalam suatu urusan, maka beliau senantiasa berpesan, ' Gembirakanlah dan janganlah kalian gusarkan (buat mereka marah), serta permudahlah mereka dan janganlah kalian persulit'." HR ABU DAUD
           
Hadis diatas sangat jelas bahwa dalam berdakwah kita dianjurkan untuk berdakwah dengan cara mempermudah dan membuat gembira supaya mereka senang dengan apa yang kita sampaikan, sehingga mereka yang kita dakwahi  mau mendengarkan dan mengikuti kita. Dan kita dilarang mempersulit agar tidak membuat mereka justru akan lari meninggalkan kita, karena didalam Al-qur’an juga ada ayat yang bisa saja dianggap sedikit dengan kalimat lucu yang mana Allah bertanya kepada jahannam dalam surat berikut yang artinya:
(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam : "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab : "Masih ada tambahan?" Qs:Qaaf(50) ayat 30.

 Padahal allah yang menciptakan Jahannam dan Allah-lah yang maha tau mengenai ketentuan-nya, karena sesuatu yang diciptakan oleh Allah itu sudah dituntukan oleh Allah sesuai ketentuanya. Sebagaimana yang terdapat pada salah satu ayat berikut:
            Selain dari ayat Al-qur’an  juga ada hadis yang menggunakan sedikit guyon seperti hadis berikut:
Artinya: Dari Anas, bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, bawalah aku!' Nabi berkata, "Kami akan membawamu di atas anak unta. " Lelaki itu berkata, "Apa yang dapat kuperbuat dengan anak unta?" Nabi menjawab, "Bukankah unta besar dilahirkan oleh anak unta (yang sudah besar) ?" HR ABU DAUD

4.  Menghindari Berdebat dan saling Berselisih apalagi sampai saling menyalahkan atau saling mengkafirkan
          Didalam berdakwah kita harus menjauhi perdebatan dan perselisihan apalagi sampai mengkafirkan sesama muslim karena perdebatan dan perselisihan dalam ajaran Islam adalah termasuk perkara yang dibenci sebagaimana diterangkan dalam firman Allah berikut:
Artinya: Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka[3] tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. Surat Al mu’min(40) Ayat 56. 

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk. Surat Al An-‘am(6) ayat 117
Perintah untuk menghindari berdebat dan saling berselisih dalam berdakwah ini juga diterangkan dalam beberapa hadis berikut:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah mengabarkan kepada kami Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada kami Abu 'Imran Al Jauni dari Jundab bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bacalah alquran, selama menjadikan hati kalian bersatu padu, namun jika kalian berselisih, tinggalkanlah." Abu Abdullah berkata, Yazid bin harun berkata dari Harun Al Al'war telah menceritakan kepada kami Abu Imran dari Jundab dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." HR BUKHORI
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dia berkata; saya mendengar Abu Wa`il bercerita dari Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mencela orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran." Hal ini diperkuat juga oleh riwayat Ghundar dari Syu'bah." HR BUKHORI

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Al Husain dari Abdullah bin Buraidah telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ya'mar bahwa Abu Aswad Ad Diili menceritakan kepadanya dari Abu Dzar radliallahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang melempar tuduhan kepada orang lain dengan kefasikan, dan tidak pula menuduh dengan kekufuran melainkan (tuduhan itu) akan kembali kepadanya, jika saudaranya tidak seperti itu." HR BUKHORI

5.  Harus dengan dasar dalil baik dali Al-qur’an dan As-sunnah tidak boleh hanya berdasar opini
          Didalam berdakawah harus berdasar pada dalil yang kuat. Apalagi bila menyangkut sesuatu yang berkaitan dengan hukum islam harus ada dalil yang kuat baik dari Al-qur’an dan As-sunnah, karena Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil). Didalam Al-qur’an maupun hadis kita sudah diajarkan untuk menyamapikan sesuatu berdasarkan dalil yang sah tidak boleh hanya berdasarkan opini. Seperti dijelaskan dalam firma Allah berikut:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). Surat An nisaa’(4) ayat 174. 

 Selain ayat diatas harusnya berdakwah berdasar dalil yang kuat juga dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi, seperti diterangkan dalam hadis berikut:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Ibnul Munakdir berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah mengatakan, "Saat aku sakit Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar membesukku dengan berjalan kaki. Keduanya menjengukku sedang aku dalam keadaan pingsan. Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu dan menuangkan wudlunya kepadaku sehingga aku siuman. Kemudian aku katakan, "Wahai Rasulullah, " dan terkadang Sufyan menyebutkan "Hai Rasulullah (bukan Wahai namun Hai), bagaimana harus aku putuskan masalah hartaku? Dan bagaimana yang harus kuperbuat terhadap hartaku?" Jabir berkata, "Beliau tidak menjawabku dengan suatu apapaun hingga ayat tentang waris diturunkan." HR BUKHARI.

Artinya: Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim),

            Namun janganlah dianggap bahwa orang-orang yang melakuakan amalan yang tidak ada dalil atau nas yang dinyatakan secara langsung dari Al-qur’an atau hadis termasuk orang-yang sesat, contohnya orang-orang yang melakukan amalan berdasarkan Ijma’, Qiyas dan pendapat mujtahid. Karena Ijma’, Qiyas dan pendapat mujtahid itu semua tentu berdasar Al-qur’an dan Hadis. Dengan mengikuti merka berarti mengikuti ulama. sementara ulama adalah pewaris para Nabi Dengan demikian maka mengikuti ulama berarti juga mengikuti Nabi. seperti diterangkan dalam hadis nabi yang artinya :

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi dan para nabi
(HR ABU DAUD)
6.    Harus tetap Bersabar
Yang tidak kalah penting lagi dalam berdakwah kita harus tetap bersabar tidak boleh berputus asa dengan sedikitnya orang-orang yang mau mengikuti ajakan kita. Karena Tugas kita hanyalah menyampaikan karena hanya Allah-lah yang dapat memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang dikehendakiNya sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. Surat Al-qashash(28) Ayat 56. 

Artinya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). Surat Al-baqarah(2) Ayat 272. 

Artinya: Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Surat Al-kahfi(18) Ayat 17.

Artinya: Jika mereka tetap berpaling, Maka Sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang[4] Surat An nahl(16) Ayat 82
Artinya: Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-. Surat Yusuf(12) Ayat 103. 

Artinya : Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Surat Yusuf(12) Ayat 105. 

Selain itu kita juga harus tetap bersabar terhadap pertentangan dari orang-orang yang tidak mau mengikuti, kita harus yakin bahwa Allah selalu bersama kita selama kita tetap bersabar sebagaimana firman Allah yang artinya: sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS: Al-baqarah ayat 153 karena dimusuhi, dicaci bahkan ada yang terbunuh oleh kaumnya, itu semua juga telah dialami oleh para Nabi dan rosul terdahulu. Seperti Nabi Ibrahim beliau harus menghadapi Raja namrud yang kejam, begitu juga nabi musa bagaimana Nabi musa harus berhadapan dengan raja fir’aun yang sombong dan kejam sehingga pada puncak kesombonganya dia mengaku sebagai tuhan, yang kemudian akhirnya ditenggelamkan kelaut merah oleh Allah swt karena kesombonganya itu, begitu-pun Nabi kita Muhammad SAW juga mengalami hal yang sama saat abu jahal dan orang-orang kafir yang ingin membunuh beliau. Itu semua sebagai I’tibar bagi kita untuk memantapkan hati dan keyakinan kita bahwa setiap orang yang berjalan dijalan Allah sejak dari zaman Nabi memang sudah pasti akan ada musuhnya, baik dari jenis Setan, Jin maupun manusia sebagimana Firman Allah berikut:
Artinya: Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[5] Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Qur’an Surat Al-an’am(06) Ayat 112. 

Wallahu a’lam Bishawab




[1] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

[2] Hanif Maksudnya: seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya.

[3] maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka.

[4] Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepada seseorang sehingga dia beriman.
[5]   maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada nabi.