BERDAKWAH SESUAI AL-QUR’AN DAN HADIS
SUJIMAN, S.Pd.I
Guru SDN Jegreg
I Kec. Modo
Sebelum Datangnya Islam ke negeri ini, kita semua tahu bahwa
masyarakat negeri ini hidup dalam kemusyrikan, hingga datangngya Islam kenegeri
ini yang dibawa oleh para saudagar dari bangsa arab yang selanjutnya
didakwahkan oleh para wali khususnya yang kita kenal dengan sebutan Wali
Songo ditanah jawa. Kini berhasil menjadikan masyarakat negeri ini
menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Keberhasilan yang luar ini bisa
dapat dicapai tentu tidak terlepas dari metode berdakwah yang tepat sehingga
masyarakat negeri ini yang asalnya berada dalam kemusyrikan kini menjadi bangsa
dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam.
Oleh sebab itu
jika kita ingin berdakwah yang berhasil kita harus melakukan dakwah dengan
metode yang tepat yakni selain mencontoh cara berdakwah yang dilakukan oleh
para wali juga harus menggunakan cara dakwah sebagaimana yang diajarkan
Al-qur’an maupun Hadis Nabi. Sebab tidak jarang yang berniat berdakwah untuk
amar ma’ruf nahi munkar justru menimbulkan masalah yakni agama Islam yang
sebenarnya adalah agama Rahmatan lil ‘alamin justru dianggap sebagai
Agama radikal. Itu semu disebabkan didalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar
dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Agar dakwah kita berhasil kita harus
memperhatikan beberapa dasar berdakwah yang diajarkan oleh Al-qur’an dan hadis
berikut:
1.
Dalam Berdakwah harus Mengetahui Posisi dirinya
Mengetahui posisi
dirinya dalam berdakwah itu hal yang sangat penting dalam hal ini Nabi
bersabda:
Artinya: Dari Abu Sa’id Al
Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
(Riwayat Muslim)
Dari hadis diatas dapat kita fahami
bahwa Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah
kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan
dan kekuatannya oleh karena itu dalam berdakwah kita harus mengetahui Posisi
kita. Posisi pertama: orang yang harus merubah kemungkaran dengan
tanganya. Merubah dengan tanganya disini adalah jika kita memiliki kekuatan
atau kekuasaan maka kita diperintahkan untuk mencegah kemungkaran dengan
kekuatan/atau kekuasaan kita. Ini adalah tugas para pejabat dan penguasa yang
memiliki kekuatan untuk merubah kemungkaran dengan kekuatanya misalnya dengan
membuat peraturan dan perundang-undangan yang dapat mencegah kemungkaran
melalui undang-undang tersebut. Posisi kedua : orang yang harus merubah
kemungkaran dengan lisan ini adalah tugas dari para Da’i dan Alim Ulama.
Sebagai orang yang mber-ilmu mereka berkewajiban mencegah kemungkaran dengan
ilmunya. Posisi ketiga : orang yang harus mencegah kemungkaran
dengan hatinya ini adalah kewajiban orang awam yang tidak memiliki kekuasaan
juga tidak memiliki ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang
hukum-hukum Islam dan ini adalah kedudukan yang paling lemah dalam mencegah
kemungkaran.
Hadis
diatas memiliki makna yang sesuai dengan filosofi atau slogan dari bapak
pendidikan Kihajar Dewantara dengan kalimat “Ing ngarso sung
tulodho Ing madyo mangun karso Tutwuri handayani”
Perlunya
mengetahui Posisi kita dalam berdakwah adalah agar jangan sampai orang yang
yang ingin mencegah kemungkaran pada saat tidak memiliki kekuasaan tapi mereka brusaha mencegah kemungkaran dengan tanganya
akhirnya yang terjadi adalah tindakan-tindakan kekerasan sehingga akhirnya
hanya akan menimbulkan anggapan bahwa Islam itu Agama Radikal. Selain itu
dengan mengetahui posisinya tentu akan dapat mengetahui sasaran bagi dia dalam
berdakwah.
2.
Memberikan Keteladanan
Keteladanan didalam berdakwah adalah hal sangat
penting, karena padasarnya Islam tidak diajarkan melalui paksaan, namun
diajarkan berdasarkan keteladanan terutama dimulai dari diri sendiri dan
keluarga. Seperti dijelaskan didalam Al-qur’an surat At-tahrim ayat 6
yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. Dan beberapa ayat berikut:
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[1] dan beriman kepada
Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat
yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.QS:
Al-baqarah(2) Ayat256
Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu
membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?QS: Al -baqarah
(2) Ayat 44
Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.QS: As-shaf(61) Ayat 3
Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam
yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif[2] dan sekali-kali
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),QS:
An-nahl (16) ayat 120.
Artinya:Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Qs:
Al-ahdzab (33) ayat 21.
Terkait dengan keteladanan dalam berdakwah mengajarkan Agama Islam
juga telah diterangkan dalam beberapa hadis Nabi diantaranya:
Artinya: Dari Abu
Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, 'Barang siapa
mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang
diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan
mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR:Muslim 8/620)
Artinya: Rasulullah SAW
bersabda, 'Pada hari kiamat kelak seseorang akan digiring ke neraka dan
dicampakkan ke dalamnya. Setelah itu, usus-usus perutnya akan keluar terburai dan ia berputar-putar
seperti keledai yang berputar-putar pada mesin penggiling gandum. Tak lama
kemudian, para penduduk neraka berkumpul di sekelilingnya dan bertanya,
"Hai fulan, mengapa kamu berada di sini? Bukankah kamu telah menganjurkan
kami untuk berbuat ma'ruf dan mencegah kami dari perbuatan munkar? "
Lelaki itu menjawab, "Ya. Dulu saya memang orang yang sering menganjurkan
orang untuk berbuat baik, tetapi saya sendiri tidak melaksanakannya. Saya
melarang orang lain untuk berbuat munkar, tetapi saya sendiri malah
melakukannya" (HR;Muslim 8/224)
3.
Boleh Berdakwah Dengan Sedikit Lucu Asal Tidak Berlebihan
Dalam berdakwah dibolehkan ada sedikit guyon dengan tujuan untuk
membuat orang lebih rileks dan tidak bosan, sehingga mereka akan merasa senang
dengan apa yang kita sampaikan. Sebagaimana Sabda Nabi berikut:
Artinya:
Dari Abu Musa, ia berkata, "Jika Rasulullah SAW hendak mengutus salah
seorang sahabatnya dalam suatu urusan, maka beliau senantiasa berpesan, ' Gembirakanlah
dan janganlah kalian gusarkan (buat mereka marah), serta permudahlah mereka dan
janganlah kalian persulit'." HR ABU DAUD
Hadis diatas sangat jelas bahwa dalam berdakwah kita dianjurkan
untuk berdakwah dengan cara mempermudah dan membuat gembira supaya mereka
senang dengan apa yang kita sampaikan, sehingga mereka yang kita dakwahi mau mendengarkan dan mengikuti kita. Dan kita
dilarang mempersulit agar tidak membuat mereka justru akan lari meninggalkan
kita, karena didalam Al-qur’an juga ada ayat yang bisa saja dianggap sedikit dengan
kalimat lucu yang mana Allah bertanya kepada jahannam dalam surat berikut yang
artinya:
(Dan
ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam :
"Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab : "Masih ada
tambahan?" Qs:Qaaf(50) ayat 30.
Padahal
allah yang menciptakan Jahannam dan Allah-lah yang maha tau mengenai
ketentuan-nya, karena sesuatu yang diciptakan oleh Allah itu sudah dituntukan
oleh Allah sesuai ketentuanya. Sebagaimana yang terdapat pada salah satu ayat
berikut:
Selain dari ayat
Al-qur’an juga ada hadis yang
menggunakan sedikit guyon seperti hadis berikut:
Artinya: Dari Anas,
bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai
Rasulullah, bawalah aku!' Nabi berkata, "Kami akan membawamu di atas
anak unta. " Lelaki itu berkata, "Apa yang dapat kuperbuat dengan
anak unta?" Nabi menjawab, "Bukankah unta besar dilahirkan oleh
anak unta (yang sudah besar) ?" HR ABU DAUD
4.
Menghindari Berdebat dan saling Berselisih apalagi sampai saling menyalahkan
atau saling mengkafirkan
Didalam berdakwah kita harus menjauhi perdebatan dan perselisihan
apalagi sampai mengkafirkan sesama muslim karena perdebatan dan perselisihan
dalam ajaran Islam adalah termasuk perkara yang dibenci sebagaimana diterangkan
dalam firman Allah berikut:
Artinya: Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang
ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka[3]
tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang
mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada
Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. Surat Al
mu’min(40) Ayat 56.
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui
tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan dia lebih mengetahui tentang
orang orang yang mendapat petunjuk. Surat Al An-‘am(6) ayat 117
Perintah
untuk menghindari berdebat dan saling berselisih dalam berdakwah ini juga
diterangkan dalam beberapa hadis berikut:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq telah mengabarkan kepada kami
Abdushshamad telah menceritakan kepada kami Hammam telah menceritakan kepada
kami Abu 'Imran Al Jauni dari Jundab bin Abdullah bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bacalah alquran, selama menjadikan
hati kalian bersatu padu, namun jika kalian berselisih, tinggalkanlah." Abu
Abdullah berkata, Yazid bin harun berkata dari Harun Al Al'war telah
menceritakan kepada kami Abu Imran dari Jundab dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam." HR BUKHORI
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman
bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur dia berkata; saya
mendengar Abu Wa`il bercerita dari Abdullah dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mencela orang muslim adalah
kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran." Hal ini diperkuat juga
oleh riwayat Ghundar dari Syu'bah." HR BUKHORI
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar
telah menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Al Husain dari Abdullah bin
Buraidah telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ya'mar bahwa Abu Aswad Ad Diili
menceritakan kepadanya dari Abu Dzar radliallahu 'anhu bahwa dia mendengar
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seseorang melempar
tuduhan kepada orang lain dengan kefasikan, dan tidak pula menuduh dengan
kekufuran melainkan (tuduhan itu) akan kembali kepadanya, jika saudaranya tidak
seperti itu." HR BUKHORI
5.
Harus dengan dasar dalil baik dali Al-qur’an dan As-sunnah tidak
boleh hanya berdasar opini
Didalam berdakawah harus berdasar pada dalil yang kuat. Apalagi bila
menyangkut sesuatu yang berkaitan dengan hukum islam harus ada dalil yang kuat
baik dari Al-qur’an dan As-sunnah, karena Islam
adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan
ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil). Didalam Al-qur’an maupun
hadis kita sudah diajarkan untuk menyamapikan sesuatu berdasarkan dalil yang
sah tidak boleh hanya berdasarkan opini. Seperti dijelaskan dalam firma Allah berikut:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan Telah kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). Surat An nisaa’(4)
ayat 174.
Selain ayat diatas harusnya berdakwah berdasar
dalil yang kuat juga dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi, seperti diterangkan
dalam hadis berikut:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah
telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Ibnul Munakdir
berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah mengatakan, "Saat aku sakit
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar membesukku dengan
berjalan kaki. Keduanya menjengukku sedang aku dalam keadaan pingsan. Lantas
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudlu dan menuangkan wudlunya
kepadaku sehingga aku siuman. Kemudian aku katakan, "Wahai Rasulullah,
" dan terkadang Sufyan menyebutkan "Hai Rasulullah (bukan Wahai namun
Hai), bagaimana harus aku putuskan masalah hartaku? Dan bagaimana yang harus
kuperbuat terhadap hartaku?" Jabir berkata, "Beliau tidak menjawabku
dengan suatu apapaun hingga ayat tentang waris diturunkan." HR BUKHARI.
Artinya:
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata :
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada
dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak.
(Riwayat Bukhori dan Muslim),
Namun
janganlah dianggap bahwa orang-orang yang melakuakan amalan yang tidak ada
dalil atau nas yang dinyatakan secara langsung dari Al-qur’an atau hadis
termasuk orang-yang sesat, contohnya orang-orang yang melakukan amalan
berdasarkan Ijma’, Qiyas dan pendapat mujtahid. Karena Ijma’, Qiyas dan
pendapat mujtahid itu semua tentu berdasar Al-qur’an dan Hadis. Dengan
mengikuti merka berarti mengikuti ulama. sementara ulama adalah pewaris para
Nabi Dengan demikian maka mengikuti ulama berarti juga mengikuti Nabi. seperti
diterangkan dalam hadis nabi yang artinya :
Sesungguhnya
para ulama adalah pewaris
para nabi dan para nabi
(HR ABU DAUD)
6. Harus tetap Bersabar
Yang tidak kalah penting lagi dalam
berdakwah kita harus tetap bersabar tidak boleh berputus asa dengan sedikitnya
orang-orang yang mau mengikuti ajakan kita. Karena Tugas kita hanyalah
menyampaikan karena hanya Allah-lah yang dapat memberi
petunjuk kepada hamba-Nya yang dikehendakiNya sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk. Surat Al-qashash(28) Ayat 56.
Artinya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat
petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa
yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan
cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). Surat
Al-baqarah(2) Ayat 272.
Artinya: Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka
dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu
tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya. Surat Al-kahfi(18) Ayat 17.
Artinya: Jika mereka tetap berpaling, Maka Sesungguhnya
kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang[4]
Surat An nahl(16) Ayat 82
Artinya: Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman -
walaupun kamu sangat menginginkannya-. Surat Yusuf(12) Ayat 103.
Artinya : Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di
langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari
padanya. Surat Yusuf(12) Ayat 105.
Selain itu kita juga harus tetap bersabar terhadap pertentangan
dari orang-orang yang tidak mau mengikuti, kita harus yakin bahwa Allah selalu
bersama kita selama kita tetap bersabar sebagaimana firman Allah yang artinya: sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS: Al-baqarah
ayat 153 karena dimusuhi,
dicaci bahkan ada yang terbunuh oleh kaumnya, itu semua juga telah dialami oleh
para Nabi dan rosul terdahulu. Seperti Nabi Ibrahim beliau harus menghadapi Raja
namrud yang kejam, begitu juga nabi musa bagaimana Nabi musa harus berhadapan
dengan raja fir’aun yang sombong dan kejam sehingga pada puncak kesombonganya
dia mengaku sebagai tuhan, yang kemudian akhirnya ditenggelamkan kelaut merah
oleh Allah swt karena kesombonganya itu, begitu-pun Nabi kita Muhammad SAW juga
mengalami hal yang sama saat abu jahal dan orang-orang kafir yang ingin
membunuh beliau. Itu semua sebagai I’tibar bagi kita untuk memantapkan hati dan
keyakinan kita bahwa setiap orang yang berjalan dijalan Allah sejak dari zaman
Nabi memang sudah pasti akan ada musuhnya, baik dari jenis Setan, Jin maupun
manusia sebagimana Firman Allah berikut:
Artinya: Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia)[5]
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Qur’an Surat
Al-an’am(06) Ayat 112.
Wallahu
a’lam Bishawab
[1]
Thaghut ialah syaitan dan
apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
[2] Hanif Maksudnya: seorang yang
selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya.
[3]
maksudnya
mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka.
[4]
Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. tidak dapat memberi taufiq dan hidayah kepada
seseorang sehingga dia beriman.
[5]
maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan
manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada nabi.