Runing Teks

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"QS Ibrohim ayat 7.

Selasa, 05 Desember 2023

KHUTBAH JUM'AT KONTEKSTUAL AKHIR TAHUN

 

NASEHAT DARI KEMATIAN

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ

. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ -٥٦-

Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah ….

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di masjid yang mulia ini pada momentum shalat Jumat kali ini. Rahmat dan karunia ini harus kita syukuri karena bersyukur adalah perbuatan yang diutamakan dalam agama Islam. Bersyukur tidak hanya berhenti pada ucapan, tetapi juga terwujud dalam tindakan kita sehari-hari. Dengan bersyukur, kita akan melihat banyak nikmat yang mungkin sering terlupakan. Bahkan dalam tantangan dan cobaan, terdapat hikmah yang bisa kita ambil, dan itulah sebabnya kita harus selalu bersyukur.  

Selanjutnya, mari kita tingkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW dengan memperbanyak shalawat dan salam kepadanya. Nabi adalah teladan terbaik bagi kita yang senantiasa memberikan tauladan dalam laku dan ajarannya.

Selanjutnya, khatib juga menyampaikan wasiat kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk menguatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.  Takwa yaitu:

اِمْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابُ نَوَاهِيِّيْ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا

Melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai, lahir dan juga batin. Dengan ketakwaan yang tertanam dalam diri kita, maka kehidupan akan senantiasa berada dalam jalan Allah swt. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

            Tanpa terasa dan tanpa kita sadari ternyata hari ini kita sudah berada dibulan desember yakni bulan yang merupakan penghujung dari tahun 2023 ini. Dengan demikian tidak lama lagi kita akan meninggalkan tahun ini dan akan memasuki tahun yang baru, yakni tahun 2024. Dengan bergantinya tahun maka bertambahlah usia kita, dan dengan bertambahnya usia maka berkuranglah umur kita dan dengan berkurangnya umur tentunya menjadi semakin dekatlah kita dengan ajal atau kematian. Oleh karena itu yang harus kita persiapkan adalah bekal untuk menghadapi datangnya kematian. Karena setelah kematian, bukan berarti kehidupan telah berakhir dan berhenti sampai disini, namun masih ada kehidupan lagi setelahnya yakni kehidupan yang abadi, kehidupan ini adalah kehidupan diakhirat. Di akhirat inilah kita akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah kita lakukan selama hidup didunia fana ini.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

       Sebagai umat muslim yang hidup ditanah jawa, saya selaku khotib ingin mengajak jama’ah sekalian untuk mengambil pelajaran dari sebuah tradisi yang menjadi nasehat dari para orang tua yang ingin disampaikan kepada kita, agar kita semua ingat akan kematian dan mempersiapkan bekal untuk menghadapinya..

Nasehat ini dapat kita temui Saat kita sedang bert’ziah pada saudara kita yang meninggal dunia, pada saat itu dapat kita lihat dan kita saksikan ada sebuah tradisi yang penuh makna, yang mana dibawah pembaringan mayit tepatnya di bagian kepala mayit dinyalakan sebuah lampu tradisional yang dalam bahasa jawanya disebut dengan nama DILAH, adanya tradisi semacam ini menandakan bahwa para orang kita dahulu ingin memberikan nasehat kepada kita yang masih hidup di dunia ini, Nasehat yang ing disampaikan diantaranya :

Yang pertama : DILAH dalam bahasa arab berasal dari kata ABDILLAH yang artinya Hamba Allah. Mengisyaratkan bahwa sebagai hamba Allah kita harus senantiasa menghambakan diri dengan mengabdi dan beribadah kebada Allah, karena tujuan Allah menciptakan kita semua tidak lain hanyalah untuk beribadah kepadanya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah melalui firmanya didalam Al-qur’an surat Adz-dzaariyat ayat 56

 وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Yang Kedua : Seberapa lama DILAH menyala sangat tergantung dari minyak tanah yang diisikan. Jiki diisi dengan penuh maka akan menyala lebih lama, dan jika minyak yang diisikan hanya setengah maka maka DILAH akan menyala dalam waktu yang hanya sebantar. Ini mengisyaratkan tentang kehidupan manusia. Bahwa manusia ada yang mati diusia anak-anak, ada yang mati diusia dewasa bahkan ada yang sudah sampai tua renta. Karena semua sudah ditentukan sesuai dengan batas umur yang telah ditapkan oleh Allah swt.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ      أَوْ سَعِيْدٌ. 

Artinya : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.

Yang ke tiga : DILAH ketika sudah dinyalakan, baik dinyalakan dimalam hari sehingga nyalanya bisa bermanfaat untuk menrangi ruangan yang gelap, maupun dinyalakan di siang hari yang terang sehinga nyalanya tidak memberi manfaat apapun. Keduanya akan sama yaitu sama-sama mati setelah minyak tanah yang disikan tadi habis. Ini mengisaratkan bahwa umur yang diberikan Allah kepada kita ini meskipun hanya kita gunakan untuk bersenang-senang menuruti hawa nafsu atau bermaksiat, maupun yang kita gunakan untuk sibuk beribadah kepada Allah swt, ketika sudah sampai pada batas umur yang telah ditetapkan Allah maka semua akan sama-sama mati. Bukan berarti ketika hidup kita lebih banyak bersenang-senang kemudian dapat memperpanjang umur kita, atau sebaliknya ketika kita hanya disibukan dengan beribadah membuat kita cepat mati.

Oleh karena itu mumpung kita masih diberikan umur panjang oleh Allah swt, marilah kita manfaatkan sebaik mungkin umur ini untuk beribadah dan beramal sholeh.  Sebab dialam kubur sana ada jutaan orang yang ingin dihidupkan kembali kedunia hanya ingin beribadah dan beramal sholeh. Sebagaimana dijelaskan didalam Alqur’an surat Al-Munafiqun ayat 10

  وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ قَرِيبٖ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ 

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

  Dari ayat ini sangat jelas bahwa orang yang sudah kedatangan ajalnya merasa menyesal karena tidak memanfaatkan umurnya untuk beribadah dan beramal kepada Allah swt sehinga ketika sudah sampai pada ajalnya mereka berharap dan meminta kepada Allah untuk ditangguhkan meskipun hanya sebentar agar dengan waktu sebentar tersebut mereka dapat beramal dan termasuk orang-orang yang sholeh.

Yang Keempat : DILAH berfungsi sebagia DULOH atau PENERANG, dalam bahasa arab berasal dari kata HUDALLAH yang memiliki arti PETUNJUK ALLAH. Ini merupakan nasehat baagi kita semua dalam menjalani hidup ini agar senantiasa mengikuti petunjuk Allah yakni Al-qur’an dan Al-haddits agar hidup kita terang dan selamat didunia maupun di akhirat.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

"Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Imam Malik)

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

            Begitu pula pada saat mayit diberangkatkan ke kuburan diiringi dengan menaburkan Beras Kuning dan Uang Logam atau Uang Receh. Beras menggambarkan  harta. dan warna kuning yang merupakan warna emas menggambarkan perhiasan. Memiliki makna bahwa harta hanyalah perhiasan atau kesenangan hidup manusia didunia, maka setelah kita mati semua itu tidak lagi berguna kecuali harta yang kita belanjakan dijalan Allah.

 Allah SWT Berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَاۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS : Ali imran ayat 14

Oleh sebab itu jangan sampai kecintaan kita terhadap harta membuat kita lupa dari mengingat Allah

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Beras yang asalnya berwarna putih karena diberi warna sehingga berubah menjadi Kuning agar bisa kembali Putih maka beras tersebut harus dicuci. Ini memiliki makna bahwa harta yang kita miliki masih terdapat hak Allah maka harus kita keluarkan zakat dan infaqnya agar bisa menjadi harta yang suci.

Allah SWT Berfirman :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan QS : At-taubah ayat 103

Adapun Uang Logam atau Uang receh memiliki makna bahwa kehidupan dunia ini nilainya  hanyalah sedikit dan rendah dibanding kehidupan diakhirat

Allah SWT Berfirman :

فَمَا مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ 

Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. QS. At-taubah ayat 38

Jadi Harta yang tidak kita keluarkan zakat atau infaknya, maka setelah kita mati harta tersebut tidak bernilai kecuali harta yang kita belanjakan dijalan Allah.

Allah SWT Berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ يَوۡمٌ لَّا بَيۡعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَٰعَةٌ

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. QS: Al-Baqarah Ayat 254

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Adapun Menabur-Naburkan Beras Kuning Dan Uang Logam tersebut memberikan nasehat bahwa Harta yang kita kumpulkan namun tidak kita keluarkan zakatnya, tidak akan berguna sama sekali untuk bekal hidup diakhirat..Bahkan diakhirat nanti harta tersebut Justru akan menjadi alat untuk menyiksa kita.

Allah SWT berfirman :

يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ 

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." QS: At-Taubah ayat 35

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

            Tidak cukup sampai disini, setelah mayit sampai dikuburanpun masih kita dapati lagi sebuah nasehat. Bahwa sesampainya mayit dikuburan disana disediakan gumpalan tanah yang digunakan sebagai pengganjal untuk memiringkan tubuh mayit. Gumpalan Tanah tersebut dinamai dengan nama GELU yang merupakan singkatan dari Ngugemi Perkoro Telu. Artinya memegang teguh tiga perkara Ini merupkan nasehat bagi kita semua. Bahwa pada saat kita meninggal Harta yang banyak, sawah ladang yang luas, mobil mewah, Rumah megah, Jabatan yang tinggi tidak akan di bawa mati, Begitu pula dengan anak istri yang kita sayangi sekalipun tidak akan lagi mau menemani kita, karena setelah mati, kita sudah tidak dibutuhkan lagi oleh mereka. Harta yang kita cari dan kita kumpulkan dengan susah payah, bekerja siang malam tanpa mengenal lelah, maupun keluarga yang kita sayangi dan kita bangga-banggakan semua akan meninggalkan kita, kecuali amal kita yang akan tetap bersama kita dialam kubur sana.

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda :

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

'Ada tiga hal yang akan mengiringi mayit ke liang kubur, yang dua akan kembali pulang dan yang satu akan tetap bersamanya. Sesungguhnya mayit itu akan diiringi keluarga, harta, dan amal perbuatannya menuju liang kuburnya. Keluarga dan hartanya akan kembali ke rumah, sedangkan amal perbuatannya akan tetap tinggal menemaninya.HR. Imam MUSLIM

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Setelah kita mati semua akan kita tinggalkan, dan kita hanya akan NGUGEMI PERKORO TELU dan ini lah yang akan selalu mengikuti kita, PERKORO TELU atau TIGA PERKARA Tersebut Yakni: Shodaqoh jariyah, Ilmu yang memberi manfaat dan Anak Sholeh yang selalu mendoakan kita.

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya : "Apabila seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak shalih yang selalu mendoakannya" (HR.Imam Muslim)

            Oleh sebab itu marilah kita mempersiapkan diri terutama tiga perkara ini untuk menghadapi datangnya kematian. Agar kita termasuk orang yang selamat didunia sampai di akhirat nanti. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

 

 

 

 

 

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ   اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ

 وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

   عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

untuk Donwload fail silahkan klik fail Khutbah  atau jika tidak bisa silahkan klik DISINI 

Kamis, 10 Mei 2018

PENGARUH KETURUNAN DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Berbicara Perkembangan anak maka tidak akan terlepas dari membicarakan faktor yang dapat mempengaruhinya. Dalam perspektif teori barat ada beberapa teori diantaranya aliran pesimisme yang berpendapat bahwa perkembangan anak seluruhnya ditentukan oleh hukum-hukum pewarisan. Sifat-sifat dan pembawaan orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkembangan anak dengan kata lain perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh genetik, pembawaan/keturunan. Dipihak lain ada yang berpendapat bahwa manusia dapat dibentuk melalui pemilihan lingkungan yang tepat, perbaikan keadaan kehidupan sosial dan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik dengan kata lain bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan dan ini yang menjadi pendapat aliran Optimisme. Kemudian ada lagi aliran yang   disebut teori konvergensi, yang berpendapat bahwa pembawaan/genetik sama pentingnya kedua-duanya sama berpengaruh.
            Dalam Islam hal apapun yang dijadikan landasan utama adalah Al-qur’an dan hadis termasuk dalam hal perkembangan anak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Apalagi sebelum ada beberapa teori diatas Al-qur’an dan hadis sudah menjelaskanya.
Berikut beberapa ungkapan Al-qur’an dan hadis tentang hal itu:
1.      Faktor Genetik/Keturunan dalam mempengaruhi perkembangan anak
Firman Allah:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ -٣٠-
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
(QS. Ar-Rum ayat 30)
Firman Allah:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ -١٧٢-
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah Mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya Berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,”
(QS. Al-A’raf ayat 172)
Allah berfirman :
لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ -٢٧٢-
Artinya : Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. Al-baqarah ayat 272)
Nabi SAW bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." ( HR Bukhari)
Berdasar beberapa ayat dan hadis diatas dapat dikatakan bahwa faktor genetik/ pembawaan /keturunan memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak namun hal tersebut tidak sepenuhnya Allah telah berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ( QS. Ar-Ra’d ayat 11)
Berdasar ayat ini maka kedaan seseorang masih memungkinkan untuk dapat dirubah sesuai dengaan usahanya.
Begitupula pada hadis Nabi diatas jika dikaitkan dengan perkembangan anak maka keturunan juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak sebab pada hadis diatas telah dijelaskan bahwa diantara empat kriteria seorang wanita yang akan dinikahi salah satunya adalah faktor keturunan, dimaksudkan wanita yang berasal dari keturunan yang baik akan menghasilkan anak/keturunan yang baik juga dapat mendidik anak-anaknya dengan baik namun perlu juga diketahui bahwa diantara empat kriteria tersebut Nabi menekankan agar memilih dari faktor agama ini menunjukan bahwa seorang istri yang agamanya baik maka dia akan dapat membentuk lingkungan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya kelak.
                                                                                                            
Riwayat yang lain nabi bersabda :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ وَكَّلَ فِي الرَّحِمِ مَلَكًا فَيَقُولُ يَا رَبِّ نُطْفَةٌ يَا رَبِّ عَلَقَةٌ يَا رَبِّ مُضْغَةٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْلُقَهَا قَالَ يَا رَبِّ أَذَكَرٌ يَا رَبِّ أُنْثَى يَا رَبِّ شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ فَمَا الرِّزْقُ فَمَا الْأَجَلُ فَيُكْتَبُ كَذَلِكَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ

dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menugaskan satu malaikat dalam rahim seseorang. Malaikat itu berkata; "Wahai Rabb, sekarang baru sperma, wahai Rabb, segumpal darah, wahai Rabb (sekarang jadi) segumpal daging". Maka bila Allah menghendaki menciptakan janin itu, malaikat itu berkata; "Wahai Rabb, laki-laki, wahai Rabb (atau) perempuan, Wahai Rabb sengsara atau bahagia, bagaimana rezekinya, kapan ajalnya. Demikianlah ditulis ketetapannya selagi berada di dalam perut ibunya". (HR. Bukhari).

2.      Faktor Lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan anak
Manusia merupakan mahluk pedagogik yang dapat didik, dibimbing dan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan dan cita-cita yang di inginkan.
Firman Allah
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ -٧٨-
Artinya : Dan Allah Mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia Memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl Ayat 78). 

Firman Allah

وَمَا لَكُمْ أَلاَّ تَأْكُلُواْ مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلاَّ مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ وَإِنَّ كَثِيراً لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ -١١٩-
Artinya : Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (QS.Al-an’am ayat 119)

Firman Allah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ -٦-
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim ayat 6)

Nabi Bersabda :

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Dari Abu Musa RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan minyak wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap" {HR. Muslim }
Rosulullah bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya duduk bersama suatu kaum yang berdzikir dan mengingat Allah sejak waktu shalat Subuh hingga terbitnya matahari, adalah lebih aku cintai daripada memerdekakan empat budak dari keturunan Ismail. Sesungguhnya duduk bersama kaum yang berdzikir dan mengingat Allah mulai dari waktu shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, adalah lebih aku cintai daripada memerdekakan empat budak. " (HR.Abu Daud)
Rosulullah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Seorang bayi tidak dilahirkan {ke dunia ini} melainkan ia berada dalam kesucian {fitrah}. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi (HR. Muslim)
Berdasar ayat dan hadis diatas dapat difahami bahwa pengaruh lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Dengan demikian dalam perspektif Islam Faktor genetik maupun faktor lingkungan sama-sama memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak namun menurut pendapat saya faktor lingkungan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada lingkungan hal ini didasarkan beberapa firman Allah berikut:
Firman Allah
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَاماً آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ -٧٤-
Artinya: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."  ( Qs. Al-an’am Ayat 74)
Allah berfirman
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلاَ تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ -٤٢- قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاء قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِلاَّ مَن رَّحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ -٤٣-
Artinya : 42. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
43. Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. Hud Ayat 42-43)
Ayat diatas menjelaskan keadaan bapak Nabi Ibrahim dan anak Nabi Nuh yang kafir.. Begitupula jika kita kembali membaca sejarah Sahabat Umar Bin Khattab, beliau bukanlah dari keturunan orang Muslim dan sebelum masuk Islam beliau bahkan hampir membunuh Nabi SAW. Ini menunjukan bahwa faktor keturunan bukanlah faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak.
Wallahu A’lam

SUJIMAN, S.Pd.I., M.A

Rabu, 02 Mei 2018

TRADISI KUPATAN DI MALAM NISFU SYA’BAN



TRADISI KUPATAN DI MALAM NISFU SYA’BAN



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ -٢٠٨-
            Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”.  (Qur’an surat Al-baqarah ayat 208 )
            Tradisi KUPATAN(Ketupat) di bulan sya’ban (Malam Nisfu sya’ban) bagi sebagian masyarakat terutama masyarakat jawa sudah biasa dilakukan selama bertahun-tahun. Namun meskipun sudah bertahun-tahun melaksanakan tradisi itu tapi belum tentu semua orang mengetahui makna dari tradisi tersebut. Lalu apa maknanya? Dan adakah hal tersebut dalam syari’at Islam?.
Memang dalam  islam secara dhahir tidak ada syari’at semacam itu namun jika difahami secara makna  hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. karena kata Kupatan diambil dari kata Kafatan (كَآفَّة) yang terdapat pada surat Al-baqarah ayat 208 yang artinya Jami’an atau keseluruhan. menurut Ibnu Katsir Kata kaffah pada ayat utama diatas artinya adalah   seluruh umat islam diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam. Apalagi dubulan sya’ban ini yang mana pada bulan ini adalah bulan diangkatnya semua amal manusia kepada Allah Rob semesta alam sebagaiman diterangkan dalam hadis berikut:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ أَبُو الْغُصْنِ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dari 'Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Tsabit bin Qais Abu Al Ghushn - seorang syaikh dari penduduk Madinah - dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Sa'id Al Maqburi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Usamah bin Zaid dia berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?" Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara bulan Rajab dan Ramadlan, yaitu bulan yang disana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa." HR: Iman Nasa’i
Adapun KUPAT (Ketupat) itu dibuat dari daun kelapa yang masih muda disebut dengan JANUR, kata janur diambil dari kata Ja’a dan An-nur yang artinya datang cahaya. maksudnya pada ayat utama diatas orang mukmin diperintahkan untuk menjalankan syari’at Islam secara kaffah dan dilarang mengikuti langkah-langkah setan karena bagi orang yang beriman Allah akan menjadi pelindungnya dan akan mengeluarkanya dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Sedangkan orang yang mengikuti setan maka akan mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan, Allah berfirman:
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٥٧-
Artinya : “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Qur’an Surat Al-baqarah ayat 257). Dengan demikian Caha/petunjuk dari Allah akan datang kepada Orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh.
            KUPAT (Ketupat) dibuat memiliki dua ujung tegak lurus ke atas dan kebawah, Ujung ketas memiliki arti hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah) sedangkan ujung yang kebawah memiliki arti hubungan manusia dengan manusia Hablun minannas) maksudnya Umat islam harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dengan cara beriman dan beramal Shaleh secara Kaffah. sedangkan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dengan cara berperilaku baik terhadap sesama manusia. Seperti menjaga ucapan dan perbuatanya dari  yang dapat menyakiti orang lain. Bahkan kemampuan seseorang dalam menjaga ucapan dan perbuatan  menjadi indikator keislaman dan keimanan seseorang terkait dengan hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah " (HR Bukhari).
Dari Abu Syuraih Al Khuza'i RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berlaku baik terhadap tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau diam" (HR. Muslim ).
Kedua Ujung tegak lurus tersebut tidak akan terbentuk jika KUPAT (ketupat) tidak dianyam maka agar dapat terbentuk kedua ujung tersebut janur tadi harus di anyam dalam sebuah anyaman pasti ada yang diatas ada yang dibawah bergantian. Memiliki arti Hablun minallah dan hablun minan nas tidak akan terwujud ketika kita tidak mau bersatu dalam satu ikatan yang sama yaitu dalam ikatan ukhuwah islamiyah tanpa membedakan suku bangsa maupun status sosial. karena Allah telah memerintahkan Umat Islam agar bersatu. Allah berfirman  artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Qur’an Surat Ali-Imran ayat 103).
Agar terjalin hubungan baik umat Islam harus saling mengisi jangan saling mengolok-olok satu sama lain ketika diatas tidak boleh sombong dan merendahkan orang lain dan ketika dibawah tidak boleh rendah diri.sebagaimana firman Allah yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Qur’an Surat Al-hujurat ayat 11).
Sesama manusia tidak boleh saling mencari-cari kesalahan satu sama lain sebagaimana firman Allah yang artinya Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Qur’an Surat Al-hujurat ayat 12)
Bahkan harus saling menutupi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat".HR Bukhari
KUPAT (Ketupat) setelah selesai dibuat diisi dengan beras yang berwarna putih, artinya suci. Ini mengandung arti bahwa sebelum beramal kita harus mensucikan diri dari semua dosa dengan banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah. Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya “Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah Ayat 222) dan mensucikan niat dalam beribadah dari niat kepada selain Allah agar disaat semua amal kita dinaikan kepada Allah rab semesta alam dibulan sya’ban ini bisa sempurna karena semua amal tergantung pada niat kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.". HR. Bukhari.
            Itulah cara cerdas orang tua kita dahulu dalam mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita yang ditanamkan memalui tradisi. Dan inilah hakikat dari pendidikan karakter. Ternyata jauh sebelum pemerintah menerapkan pendidikan karakter orang tua kita dahulu sudah menerapkan-nya melalui tradisi.
Wallahu a’lam
SUJIMAN, S.Pd.I., M.A