TRADISI KUPATAN DI MALAM NISFU
SYA’BAN
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ
كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُّبِينٌ -٢٠٨-
Artinya : “Wahai orang-orang yang
beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (Qur’an surat Al-baqarah ayat 208 )
Tradisi KUPATAN(Ketupat) di
bulan sya’ban (Malam Nisfu sya’ban) bagi sebagian masyarakat terutama
masyarakat jawa sudah biasa dilakukan selama bertahun-tahun. Namun meskipun
sudah bertahun-tahun melaksanakan tradisi itu tapi belum tentu semua orang
mengetahui makna dari tradisi tersebut. Lalu apa maknanya? Dan adakah hal
tersebut dalam syari’at Islam?.
Memang dalam islam secara
dhahir tidak ada syari’at semacam itu namun jika difahami secara makna hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. karena kata Kupatan diambil dari kata Kafatan (كَآفَّة) yang
terdapat pada surat Al-baqarah ayat 208 yang artinya Jami’an atau keseluruhan.
menurut Ibnu Katsir Kata kaffah pada ayat utama diatas artinya adalah seluruh umat islam diperintahkan untuk
mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam. Apalagi dubulan sya’ban ini
yang mana pada bulan ini adalah bulan diangkatnya semua amal manusia kepada
Allah Rob semesta alam sebagaiman diterangkan dalam hadis berikut:
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ أَبُو الْغُصْنِ
شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ
قَالَ حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ
أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ
شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ
فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي
وَأَنَا صَائِمٌ
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dari 'Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada
kami Tsabit
bin Qais Abu Al Ghushn - seorang syaikh dari penduduk Madinah - dia berkata; telah menceritakan
kepadaku Abu
Sa'id Al Maqburi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Usamah bin Zaid dia berkata; Aku bertanya; "Wahai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku tidak pernah melihat engkau
berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?"
Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang
berada- di antara bulan Rajab dan Ramadlan, yaitu bulan yang disana berisikan
berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta
alam, aku senang amalku diangkat
ketika aku sedang berpuasa." HR: Iman Nasa’i
Adapun KUPAT
(Ketupat) itu dibuat dari daun kelapa yang masih muda disebut dengan JANUR,
kata janur diambil dari kata Ja’a dan An-nur yang artinya datang cahaya.
maksudnya pada ayat utama diatas orang mukmin diperintahkan untuk menjalankan
syari’at Islam secara kaffah dan dilarang mengikuti langkah-langkah setan
karena bagi orang yang beriman Allah akan menjadi pelindungnya dan akan
mengeluarkanya dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Sedangkan orang yang
mengikuti setan maka akan mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan, Allah berfirman:
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم
مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ
الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٥٧-
Artinya : “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Qur’an Surat Al-baqarah ayat 257). Dengan demikian Caha/petunjuk
dari Allah akan datang kepada Orang-orang yang beriman dan beramal Shaleh.
KUPAT (Ketupat) dibuat memiliki
dua ujung tegak lurus ke atas dan kebawah, Ujung ketas memiliki arti hubungan
manusia dengan Allah (hablun minallah) sedangkan ujung yang kebawah memiliki
arti hubungan manusia dengan manusia Hablun minannas) maksudnya Umat islam
harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dengan cara beriman dan
beramal Shaleh secara Kaffah. sedangkan menjaga hubungan baik dengan sesama
manusia dengan cara berperilaku baik terhadap sesama manusia. Seperti menjaga
ucapan dan perbuatanya dari yang dapat
menyakiti orang lain. Bahkan kemampuan seseorang dalam menjaga ucapan dan
perbuatan menjadi indikator keislaman
dan keimanan seseorang terkait dengan hal ini Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan
dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah " (HR Bukhari).
Dari Abu Syuraih Al Khuza'i RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia
berlaku baik terhadap tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah ia menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau diam" (HR.
Muslim ).
Kedua Ujung tegak lurus
tersebut tidak akan terbentuk jika KUPAT (ketupat) tidak dianyam maka
agar dapat terbentuk kedua ujung tersebut janur tadi harus di anyam dalam
sebuah anyaman pasti ada yang diatas ada yang dibawah bergantian. Memiliki arti
Hablun minallah dan hablun minan nas tidak akan terwujud ketika kita tidak mau
bersatu dalam satu ikatan yang sama yaitu dalam ikatan ukhuwah islamiyah tanpa
membedakan suku bangsa maupun status sosial. karena Allah telah memerintahkan
Umat Islam agar bersatu. Allah berfirman
artinya : “Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Qur’an Surat Ali-Imran ayat 103).
Agar terjalin hubungan baik umat Islam harus saling mengisi jangan
saling mengolok-olok satu sama lain ketika diatas tidak boleh sombong dan
merendahkan orang lain dan ketika dibawah tidak boleh rendah diri.sebagaimana
firman Allah yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh
jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”. (Qur’an Surat
Al-hujurat ayat 11).
Sesama manusia tidak boleh saling mencari-cari kesalahan satu sama lain
sebagaimana firman Allah yang artinya Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Qur’an Surat Al-hujurat ayat 12)
Bahkan harus saling menutupi Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak
membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka
Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan
seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari
kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah
akan menutup aibnya pada hari qiyamat".HR Bukhari
KUPAT (Ketupat) setelah selesai dibuat diisi dengan beras yang berwarna
putih, artinya suci. Ini mengandung arti bahwa sebelum beramal kita harus
mensucikan diri dari semua dosa dengan banyak beristighfar memohon ampun kepada
Allah. Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya
“Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS.
Al-Baqarah Ayat 222) dan mensucikan niat dalam
beribadah dari niat kepada selain Allah agar disaat semua amal kita dinaikan
kepada Allah rab semesta alam dibulan sya’ban ini bisa sempurna karena semua
amal tergantung pada niat kita. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semua
perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung)
apa yang diniatkan; barangsiapa niat
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah
dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.". HR. Bukhari.
Itulah
cara cerdas orang tua kita dahulu dalam mendidik dan mengajarkan ilmu kepada
kita yang ditanamkan memalui tradisi. Dan inilah hakikat dari pendidikan
karakter. Ternyata jauh sebelum pemerintah menerapkan pendidikan karakter orang
tua kita dahulu sudah menerapkan-nya melalui tradisi.
Wallahu a’lam
SUJIMAN, S.Pd.I., M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar