FILOSOFI JAWA NGONO
YO NGONO NENG OJO NGONO
Assalamu ‘alaikum Wr
Wb
Dalam
filsafat Jawa ada sebuah peribahasa yang berisi nasehat dari para orang tua
yang dikenal dengan istilah “Ngono yo ngono neng ojo ngono” secara etimologi
istilah tersebut berarti “begitu ya begitu tetapi jangan begitu”,agak
membingungkan memang. Namun secara epistemology istilah tersebut berarti kita
boleh berbuat begitu tetapi jangan terlalu begitu, maksudnya kita boleh berbuat
apa saja tetapi jangan sampai berlebihan. Meskipun berasal dari adat jawa namun
peribahasa tersebut bersifat universal untuk semua kultur, karena berisi
nasehat dalam ber-etika dan berperilaku dalam kehidupan sehari- hari yakni agar
berperilaku sewajarnya dan menjauhi perilaku berlebih-lebihan. Juga sejalan dengan
ajaran Agama Islam sebab dalam ajaran Islam kita juga dilarang untuk bersikap
dan berperilaku berlebih-lebihan karena Allah SWT tidak menyukai orang yang
suka berlebih-lebihan sebagaimana Firmanya dalam Al-qur’an yang artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.
(Qur’an Surat Al-a’raaf ayat 31 ). Bahkan dalam ibadah sekalipun Islam juga melarang
umatnya untuk berlebih-lebihan. Seperti diterangkan dalam beberapa Hadis
berikut :
Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Jangan kalian berpuasa wishal!"
Para sahabat menyatakan protesnya "Namun anda sendiri berpuasa
wishal!" Nabi menjawab: "Aku tidak seperti kalian, Tuhanku selalu
memberiku makan dan minum." Namun para sahabat tidak juga menghentikan
wishalnya." Abu Hurairah melanjutkan, "Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam terus melakukan wishal bersama mereka dua hari atau dua malam,
kemudian para sahabat melihat hilal (bulan sabit). Lantas Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Kalaulah bulan sabit ini terlambat, niscaya
aku tambah puasa wishalnya, " seolah-olah beliau ingin menghukum
mereka." (HR: Bukhari).
Dari Anas RA, dia berkata,
"Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah berlebih-lebihan
dalam sujud dan janganlah salah seorang dari kamu membentangkan dua tangannya
seperti anjing." (HR: Muslim).
Dari Abdullah bin Mas'ud RA, dia
berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda, 'Celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan dalam berbuat,' {Beliau mengucapkannya
tiga kali}." (HR: Muslim).
Dari Abdullah bin Amr, dia
berkata, "Seorang Arab badui datang kepada Nabi SAW, kemudian bertanya
kepada beliau tentang wudhu, maka Nabi SAW memperlihatkan padanya tiga
kali-tiga kali, lalu bersabda, 'Beginilah cara berwudhu. Barangsiapa
melebihkan bilangan tersebut, maka dia telah bertindak buruk atau melebihi
batas atau telah berbuat aniaya'.(HR: Ibnu Majjah)
Dari
ayat maupun Hadis diatas sangat jelas bahwa Islam melarang sikap
belebih-lebihan termasuk dalam urusan agama dikarenakan akan memberatkan diri
seseorang.
Diriwayatakan dari Anas bin Malik radliallahu
'anhu berkata: "Pada suatu
hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk (ke masjid), kemudian Beliau
mendapati tali yang diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau berkata: "Apa
ini?" Orang-orang menjawab: "Tali ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih, dia berpegangan
tali tersebut". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jangan ia lakukan sedemikian itu. Hendaklah seseorang dari kalian tekun
dalam ibadah shalatnya dan apabila dia merasa letih, shalatlah sambil duduk ( HR: Bukhari)
Dalam hadis lain 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash
radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku: "Wahai 'Abdullah, apakah
benar berita bahwa kamu puasa seharian penuh lalu kamu shalat malam sepanjang
malam?" Aku jawab: "Benar, wahai Rasulullah". Beliau berkata:
"Janganlah kamu lakukan itu, tetapi shaumlah dan berbukalah, shalat
malamlah dan tidurlah, karena untuk jasadmu ada
hak atasmu, matamu punya hak atasmu,
isterimu punya hak atasmu dan isterimu punya hak atasmu. Dan cukuplah bagimu bila kamu berpuasa selama
tiga hari dalam setiap bulan karena bagimu setiap kebaikan akan dibalas dengan
sepuluh kebaikan yang serupa dan itu berarti kamu sudah melaksanakan puasa
sepanjang tahun seluruhnya". Maka kemudian aku meminta tambahan, lalu
Beliau menambahkannya. Aku katakan: "Wahai Rasulullah, aku mendapati
diriku memiliki kemampuan". Maka Beliau berkata: "Berpuasalah dengan
puasanya Nabi Allah Daud Alaihissalam dan jangan kamu tambah lebih dari
itu". Aku bertanya: "Bagaimanakah itu cara puasanya Nabi Allah Daud
Alaihissalam?" Beliau menjawab: "Dia Alaihissalam berpuasa setengah
dari puasa Dahar (puasa sepanjang tahun), caranya yaitu sehari puasa dan sehari
tidak". Di kemudian hari 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash radliallahu
'anhuma berkata: "Duh, seandainya dahulu aku menerima keringanan yang
telah diberikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ".( HR: Bukhari)
Oleh karena itu janganlah suka berlebih-lebihan
termasuk dalam urusan agama , karena agama itu mudah tapi ingat jangan samapai mudah-mudahkan.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang
mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan
(semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada
yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah
(berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu
dari ad-duljah ((berangkat di waktu malam) ". (HR: Bukhari).
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu'alaihiwasallam mengutus Mu'adz
dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan: "Mudahkanlah (urusan)
dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira
dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian
berdua dan jangan berselisih". (HR: Bukhari).
Suatu
hari seorang wanita dari Bani Asad bersamaku saat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mendatangiku. Lalu Beliau bertanya: "Siapa dia?" Aku
jawab: "Si anu, orang yang tidak tidur di waktu malam". Lantas
diberitakan kepada Beliau tentang shalat wanita tersebut. Kemudian Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah kalian, mengapa kalian
memaksakan amalan yang kalian tidak mampu? Sungguh Allah tidak bosan (memberi
ganjaran) hingga kalian merasa bosan sendiri (jika terlalu memaksakan diri) ".(HR: Bukhari)
Terima Kasih. Semoga bermanfaat Amin yaa robbal
‘alamin
Wallahu a’lam Bishawab
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb
SUJIMAN, S.Pd.I., M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar